Saturday 4 May 2013

Pembelotan Bidang Keahlian

Kadang-kadang kita lihat seseorang bekerja di bidang yang bukan keahliannya. Insinyur teknik sipil bekerja jadi bankir di suatu bank terkemuka. Sarjana fisika melanjutkan S2 di jurusan manajemen. Bahkan pernah terjadi juga, insinyur penerbangan PTDI adalah lulusan teknik sipil.


Fenomena-fenomena di atas tentu sebuah anomali. Ya sewajarnya bukankah seseorang seharusnya tetap berkecimpung di bidang yang menjadi fokusnya. Insinyur teknik sipil, misalnya, idealnya mengambil S2 di bidang teknik sipil. Setelah lulus dari jenjang pendidikannya, idealnya dia bekerja sebagai kontraktor atau paling banter sebagai konsultan di bidang infrastruktur. Tapi terkadang kita melihat bahwa orang-orang seperti itu menjalani karir di bidang yang bukan fokusnya semasa kuliah. Artinya orang tersebut melenceng dari bidangnya atau istilah kasarnya membelot dari bidangnya.



Tentu saja kenyataan tersebut amat mengherankan. Kenapa bisa orang-orang itu mengambil jalur yang jauh sekali dari bidangnya ?


Salah satu penyebab yang mungkin dari hal tersebut adalah minat. Ya, minat memang menjadi salah satu penggerak seseorang untuk menggeluti bidang tertentu. Seseorang yang memiliki minat di bidang IT tentu akan sepenuh hati mendalami segala hal yang berhubungan dengan IT. Kadangkala, minat ini bisa melenceng sangat jauh dari bidang ilmu yang didalami orang tersebut. Misalnya, seorang mahasiswa kuliah di teknik mesin namun punya minat untuk mendalami filsafat. Tentu saja kita tahu bahwa dua bidang tersebut sangat berbeda karakteristiknya. Namun, kalau sudah masalah minat ya tidak seorang pun yang bisa mengganggu gugat kecuali Allah berkehendak.


Pembelotan ini tentu saja punya sisi positif dan sisi negatifnya. Sisi positifnya, dengan melakukan pembelotan, kemungkinan besar orang tersebut bisa lebih maju daripada tetap berkecimpung di bidangnya sekarang. Contoh nyata dari hal ini adalah Chairul Tanjung. Pemilik stasiun televisi Trans TV dan Trans 7 ini dahulu kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Namun, sejak kuliah Pak Chairul sudah menunjukkan bakatnya sebagai wirausahawan. Karena bakatnya itu akhirnya Pak Chairul banting setir dari kemungkinan berprofesi sebagai dokter gigi menjadi wirausahawan.


Bayangkan seandainya Pak Chairul tetap ngotot di jalurnya semula mendalami bidang kedokteran gigi, tentu kita mungkin tidak akan pernah mendengar nama beliau berkibar sebagai seorang wirausahawan yang sukses. Karena itu, pembelotan dari bidang ilmu yang ditekuni bisa berdampak positif.


Selain dampak positif, ada juga dampak negatif dari pembelotan ini. Dampak negatifnya ilmu yang udah dipelajari di kuliah itu jadi terasa sia-sia. Ya kalau kuliah di teknik sipil tapi kerja di perbankan ya buat apa kuliah di jurusan itu coba ? Kalau kuliah di teknik sipil tapi kerja di PTDI masih mending karena masih berurusan dengan bidang rekayasa. Nah ini malah kerja di perbankan, apa hubungannya ?

Yah apapun dampaknya jelas bahwa fenomena pembelotan kemungkinan besar akan terus terjadi. Karena bagaimanapun tidak ada satu orang pun yang berhak melarang orang pindah ke bidang yang lebih dia minati. Ini analog dengan fenomena kepindahan warga perbatasan ke Malaysia. Ya siapa sih orang yang berhak melarang mereka ?

Pilihan mau konsisten atau tidak di bidang yang didalami memang berpulang kepada diri masing-masing. Kalau memang dirasa membelot ke bidang lain itu akan lebih baik daripada tidak, ya silakan saja. Bukankah Chairul Tanjung sendiri sukses karena membelot dari bidangnya semula ?


Begitulah...


Jadi... Ada yang berminat untuk membelot di sini ?

Referensi : http://en.wikipedia.org/wiki/Chairul_Tanjung

Artikel yang dipublikasikan di sini merupakan reblog dari : blog ini

No comments:

Post a Comment